Mendongeng di Japan Foundation dan Istituto Italiano

Bulan Juni 2009, KPBA diundang untuk mengisi acara dalam Festival Film Anak 2009 yang diselenggarakan oleh Goelali. Acara ini mengambil tempat di beberapa pusat kebudayaan yang ada di Jakarta, diantaranya di Japan Foundation, Istituto Italiano, Erasmus Hius dan CCF. Rangkaian acara ini berlangsung sejak tanggal 14 – 20 Juni 2009. KPBA sendiri diundang untuk mengisi acara di dua tempat selama setengah jam, yaitu di Japan Foundation pada tanggal 15 Juni 2009 dan di Istituto Italiano di Cultura pada tanggal 18 Juni 2009.

Di Japan Foundation kami menampilkan tiga buah cerita rakyat yang berasal dari Jepang, Indonesia, dan Amerika Serikat. Setelah memperkenalkan apa dan siapa KPBA kami masuk ke cerita pertama. Karena kami berada di pusat kebudayaan Jepang maka kami sengaja memilihkan sebuah cerita rakyat dari negri matahari terbit tersebut yang berjudul Si Tofu Sakit untuk menghormati tuan rumah. Beraneka ragam sayuran sengaja kami siapkan untuk membantu visualisasi cerita. Cerita yang kami bawakan pertama ini diceritakan oleh Bu Tety dan Sela. Pada bagian akhir cerita, Bu Tety kemudian menunjukkan bauh salak dan buah naga dan meminta anak-anak memberi alasan apa yang kira-kira yang diajukan Salak dan Buah Naga sehingga mereka tidak bisa menjenguk Si Tofu yang sedang sakit berdasarkan karakteristik masing-masing buah tersebut. Rata-rata anak menjawab karena tubuh salak dan buah Naga bersisik sehingga mereka malu bertemu dengan Si Tofu.

Cerita yang kedua adalah cerita Si Kancil dan Kura-kura. Anak-anak terlihat sangat antusias melihat kostum yang kami kenakan. Mereka juga ikut bernyanyi bersama-sama di tengah-tengah cerita. Tim KPBA yang yang membawakan cerita ini juga sangat kompak padahal beberapa orang baru saja mendapatkan peran dalam cerita ini dan kami hanya sempat sekali latihan.

Sebagai penutup cerita kami membawakan cerita Pintu Yang Berderit.yang dibawakan oleh Devina dan Lea. Karena cerita ini adalah cerita interaktif maka suasana di auditorium Japan Foundation itu menjadi lebih ramai lagi. Anak-anak yang diminta ikut berpatisipasi sangat menghayati peran mereka masing-masing. Bahkan ketika mereka harus jatuh memperagakan tempat tidur yang ambruk,mereka dengan suka rela menjatuhkan diri. Cerita ini menjadi penutup cerita yang meriah di Japan Foundation.

Mendongeng di Pusat Kebudayaan Itali menjadi cerita unik tersendiri. Karena ruangan dirancang tanpa ada panggung dan penonton yang tidak begitu banyak pada awalnya, kami pun memutuskan untuk membuat lingkaran dan duduk di lantai. Kami memang ingin berbaur langsung dengan penonton. Tapi ternyata lingkaran yang kami buat menjadi sangat besar dengan tambahan anak-anak yang datang belakangan.

Sesi dongeng KPBA dibuka oleh Agus dengan pengenalan KPBA serta tentang pentingnya buku. Lalu kemudian masuk ke cerita pertama yaitu cerita rakyat dari Itali. Sama seperti di Japan Foundation, kami memang sengaja mencari cerita dari Itali untuk menghormati tempat dimana acara diselenggarakan. Cerita yang berjudul Tiga Buah Pondok ini dibawakan oleh Agus dan Devina. Peran Agus sebagai srigala, sang tokoh antagonis, rupanya sangat mendalam sehingga anak-anak terbawa oleh seramnya srigala. Seorang anak bahkan ada yang ingin menangis ketiga srigala mempura-purakan si anak tadi sebagai buah labu dan hendak memakannya. Seorang anak yang lain berteriak-teriak mewasapadai tokoh utama agar jangan mau ikut ajakan serigala. Anak-anak rupanya dapat ikut terhanyut ke dalam cerita ini dan terbawa oleh suasana tegang namun juga jenaka melihat tingkah srigala.

Ketakutan anak-anak pada srigala di cerita Tiga Buah Pondok diredakan oleh kecerdikan Conejito dalam cerita yang dibawakan selanjutnya. Cerita ini dibawakan oleh Yulmawan, Eka, Nasrullah, Rian, Ardian yang berperan sebagai bibi dan Devina. Dengan boneka tangan kami mengajak para penonton juga ikut bernyanyi bersama dan mengikuti pengulangan kalimat yang ada dalam cerita tersebut.

Sebagai penutup kami mengajak penonton bersama-sama mengusir ular dalam cerita Tarian Pengusir Ular. Hampir separo dari penonton yang hadir maju ke tengah ruangan memerankan katak, burung dan kera. Untuk peran kera malah dimainkan oleh dua orang batita yang masih ditatih jalannya. Tapi justru dengan tambahan dua batita itu ular yang menggangu berhasil diusir dari tempat mereka.

Seusai cerita Tarian Pengusir Ular, kami pun undur diri. Kami senang bisa ikut berpartisipasi dan memeriahkan acara festival film anak tahun ini.

 
  • June 19, 2009
  • News

Comments are closed.


×


×